Amatan di lapangan,Jumat(12/8), dari 20 bak pembibitan, hanya 3 bak yang kelola. Sedangkan 17 bak lainnya kosong (kering, red). Sedangkan 3 bak yang berisi air dan ikan tampak tidak terawat dengan baik karena airnya berwarna hijau bercampur lumut.

Menurut La Muri, karyawan yang bertugas mengelola pembibitan itu, tiga bak itu sudah dua bulan lebih airnya tidak diganti dikarenakan kerusakan pompa air. Kata dia, belum ada itikat baik dari DKP untuk memperbaikinya.

"Padahal kita sudah sering menyampaikan kalau pompanya rusak," katanya.

Sebagai karyawan, dia mengakui pembibitan itu belum pernah berpenghasilan (panen, red). Hal ini menurut dia karena bibit ikan (larva) kekurangan makanan yang sesuai yakni rotifer dan korva. "Rotifer itu hanya disediakan 5 karung sejak tahun 2008, makanya kita kasih pelet," katanya.

Makanan untuk larva yakni rotiver, sedangkan pelet hanya cocok untuk ikan yang bobotnya 1,5 kg. "Sehingga ikan kurus dan sampai hari ini belum juga dapat dipanen," ungkap Lamuri.

Proyek ini telah memasuki tahap empat. Sedangkan tahap pertama berupa pembangunan penampungan bibit ikan, tahap dua pembangunan kantor, tahap tiga penambaan bak penampung bibit, dan tahap empat pembangunan jalan dari tempat pembibitan (hajrit) ke bibir pantai.

Proyek ini sia-sia dan telah merugikan daerah karena tidak bisa memberikan income PAD.(P5)

 

 

 

Nama	:
Email	:
komentar	: