Kesra / Pendidikan
27 Mei 2011
Unismuh Buton Siap Eksiskan Matakuliah Bahasa Korea
BAUBAU, BP - Universitas Muhammadiyah Buton (Unismuh) Buton melalui Hunminjeongum Association Indonesia (kerjasama Bahasa Korea), menggagas matakuliah muatan lokal Budaya - Bahasa Korea, dan Budaya - Bahasa Daerah, di Restoran Hotel Mira, Rabu (25/5). Matakuliah ini dipastikan akan diluncurkan tahun akademik 2011/2012 di semua jenjang (angkatan, red).
Rektor Unismuh Buton, Drs H Syarifuddin SH MSi, mengatakan pihaknya ingin memasarkan bahasa Korea, Bahasa Ciacia, Bahasa Pancana (Lowulowu, SUlaa, Mawasangka, Lakudo, dsb), dan Bahasa Wakatobi melalui program matakuliah. "Ini adalah prgram kerjasama Unismuh Buton dengan Korea di bidang bahasa dan kami siapkan tempat kuliah dan anak didik," ujarnya.
Kerjasama ini kata Syarifudin, merupakan kesempatan baik untuk mengeksiskan budaya di kawasan Buton Raya, sekaligus para mahasiswa bisa mempelajari Bahasa Korea. Matakuliah ini akan diberlakukan di semua kelas, yakni kelas Unismuh di Wangiwangi, Ereke, Pasarwajo, Mawasangka, dan Bombana.
"Bahasanya akan mengikuti kelasnya. Kalau kelasnya di Ereke, tinggal dilihat apakah bahasa yang dominan digunakan oleh mahasiswanya. Kalau bahasa Kulisusu, maka matakuliah muatan lokalnya adalah bahasa Kulisusu," ujarnya.
Bendahara Hunminjeongum Association Indonesia, John Park, menjelaskan sejarah Bahasa Korea. Awal mulanya Korea tidak memiliki huruf, alias masih menggunakan huruf Mandarin dalam penulisan. Namun rajanya (Seijoung) berinisiatif menciptakan huruf hanggul yang kini eksis dipergunakan oleh rakyat Korea dan kini masuk Baubau dan Buton Raya.
Dia juga menggambarkan bagaimana anak-anak Sorawolio yang masih duduk di bangku SD bisa melafalkan bahasa Korea dan bisa menulis dalam huruf hanggul. "Di Sorawolio itu hingga papan lorongnya bertuliskan huruf Korea," katanya.
Warek III, Mahufi Madra SH menambahkan Unismuh Buton bekerjasama di bidang pendidikan. Namun demikian, Buton memiliki kedekatan sejarah. Yakni Raja Buton pertama Wa Kaka dan pendatang lain Dungkucangyang dari Benua Asia.
Pertemuan kemarin di Restoran Mira (restoran khas Korea) yakni rapat pemantapan komposisi pengurus, pengesahan AD/ART dan membahas program kerja.(dandi)
Editor : Yuhandri Hardiman
Kerjasama ini kata Syarifudin, merupakan kesempatan baik untuk mengeksiskan budaya di kawasan Buton Raya, sekaligus para mahasiswa bisa mempelajari Bahasa Korea. Matakuliah ini akan diberlakukan di semua kelas, yakni kelas Unismuh di Wangiwangi, Ereke, Pasarwajo, Mawasangka, dan Bombana.
"Bahasanya akan mengikuti kelasnya. Kalau kelasnya di Ereke, tinggal dilihat apakah bahasa yang dominan digunakan oleh mahasiswanya. Kalau bahasa Kulisusu, maka matakuliah muatan lokalnya adalah bahasa Kulisusu," ujarnya.
Bendahara Hunminjeongum Association Indonesia, John Park, menjelaskan sejarah Bahasa Korea. Awal mulanya Korea tidak memiliki huruf, alias masih menggunakan huruf Mandarin dalam penulisan. Namun rajanya (Seijoung) berinisiatif menciptakan huruf hanggul yang kini eksis dipergunakan oleh rakyat Korea dan kini masuk Baubau dan Buton Raya.
Dia juga menggambarkan bagaimana anak-anak Sorawolio yang masih duduk di bangku SD bisa melafalkan bahasa Korea dan bisa menulis dalam huruf hanggul. "Di Sorawolio itu hingga papan lorongnya bertuliskan huruf Korea," katanya.
Warek III, Mahufi Madra SH menambahkan Unismuh Buton bekerjasama di bidang pendidikan. Namun demikian, Buton memiliki kedekatan sejarah. Yakni Raja Buton pertama Wa Kaka dan pendatang lain Dungkucangyang dari Benua Asia.
Pertemuan kemarin di Restoran Mira (restoran khas Korea) yakni rapat pemantapan komposisi pengurus, pengesahan AD/ART dan membahas program kerja.(dandi)
Editor : Yuhandri Hardiman
Dibaca 223 kali
KOMENTAR BERITA
Pendidikan