BUTUR, BP - Terdapat 58 kasus gizi buruk ditemukan di Kabupaten Buton Utara. Kasus itu ditemukan Tim Musyawarah Perencanaan Kesehatan Waraka Kabupaten Buton Utara yang melibatkan partisipasi masyarakat antara bulan Mei Juli 2011.
Selain gizi buruk, juga ditemukan penyakit kaki gajah, gondok, dan tingkat kematian bayi yang tinggi, baik setelah lahir maupun meninggal dalam kandungan. Anehnya, penyakit gondok ditemukan pada beberapa kawasan pesisir pantai.
Staf Perencanaan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Buton Utara, Endang Susilowaty. SKM mengungkapkan, penyakit yang ditemukan itu pada awalnya tidak sempat terdeteksi Dinas Kesehatan. Setelah tim Dinas Kesehatan bekerjsama dengan tim Waraka berhasil menemukan kasus gizi buruk serta beberapa penyakit lainya.
"Kami temukan 58 bayi terserang gizi buruk. Yang paling banyak terdapat di Kecamatan Kulisusu. Sedangkan angka kematian bayi ada 48 orang. 20 orang lahir meninggal dan 28 lahir hidup lalu meninggal," rincinya.
Pengambilan data secara partisipasi menggunakan metode partisipasi masyarakat dengan teknik-teknik dan menginovasikan pengkajian desa secara partisipasi (PRA). Masyarakat dilibatkan secara langsung untuk melacak kasus kesehatan. Kemudian dibahas secara bersama didampingi fasilitator dari Dinas Kesehatan. Setelah itu disimpulkan sekaligus membuat perencanaan kesehatan hingga tahun 2015 mendatang.
Endang menjelaskan, Dinas Kesehatan sudah menangani temuan tersebut. Khusus gizi buruk sudah diberikan pendamping makanan tambahan (PMT) pemulihan. " Makanan pendamping ini dianggarkan dari APBD," kata Endang.
Bupati Buton Utara, Drs H Muh. Ridwan Zakariah MSi mengatakan, penanganan kesehatan merupakan kewajiban semua elemen termasuk pemerintah. Persoalan kesehatan itu merupakan prioritas utama pemerintah daerah.
Dia mengakui, selama ini kasus gizi buruk dan penyakit-penyakit lainnya di Kabupaten Buton Utara tidak pernah terungkap. Sehingga dengan program Waraka yang dilakukan secara teliti dengan melibatkan masyarakat semua bisa terungkap. " Waraka ini akan terus kita optimalkan di lapangan," tegasnya.
Program Waraka saat pemaparan di Solo beberapa waktu lalu mendapat tanggapan positif dari seluruh peserta. Program itu dianggap baik dan berhasil. Program itu dijadikan percontohan untuk perencanaan kesehatan.
Ridwan Zakariah menekankan, masalah kemiskinan dan kesehatan yang ditemukan tim jangan ditutup- tutupi. Kasus gizi buruk harus diungkap agar dapat dilakukan penanganan secara serius. " Gizi buruk yang ada di Buton Utara harus dilihat dulu stadiumnya, jangan lantas dikatakan itu gizi buruk. Kan ada kadar stadiumnya. Mungkin masih stadium satu yang belum terlalu membahayakan. Lebih jelasnya nanti cek sama Dinkes," tekanya.
Ridwan mengatakan, pemerintah daerah saat ini tengah merencanakan untuk mengembalikan program makanan tambahan di sekolah, khususnya makanan yang bergizi dan bernuansa pontensi lokal, seperti ubi-ubian. " Bukan hanya susu, ubi-ubian juga bisa. Intinya, kami akan galakan kembali makanan tambahan ini," ungkapnya.
Mengenai penyakit gondok yang menyerang warga pesisir pantai, Rindwan menjelaskan, kemungkinan itu bisa saja terjadi. Utamanya jika tingkat pemahaman masyarakat yang rendah. Gondok terjadi karena masyarakat kurang mengkonsumsi garam beryodium.
" Jangan lantas orang tinggal di pantai tidak bisa terserang penyakit gondok. Itu bisa saja terjadi kalau garam yang dikonsumsi tidak mengandung yodium," kata orang nomor satu di Butur itu.(m2)
Dibaca 8 kali
KOMENTAR BERITA