Catatan ---------- HARI MINGGU tempo hari adalah penghujung masa orang akan melepas kebebasan. Sebab Ramadhan dimulai Selasa 9 Juli dan Rabu 10 Juli 2013 oleh umat Islam di muka bumi. Bersenang-senang berlebihan, bersuara kasar, berbicara dusta, saling menyakiti, mengkonsumsi alkohol, pacaran di tempat sepi, hura-hura, sudah pasti haram dan tabu dilakukan di Bulan Suci Ramadhan.
Inilah yang menjadi alasan kenapa Pantai Nirwana menjadi sangat padat dari hari libur biasanya. Keramaian yang luar biasa ini, sebetulya pihak terkait harus bisa menganalisis dampak negatif yang lebih dominan akan terjadi pergesekan. Apalagi pengelola Pantai Nirwana yang hanya mengeksploitasi tanpa memberikan jaminan kemanan, jauh dari harapan Pantai Nirwana sebagai tempat rekreasi yang nyaman.
Ada tiga laser di sana yang mempertontonkan kedahsyatannya. Dan tak terkontrol banyak pemuda menenggak minuman keras. Rasa aman apa yang diberikan oleh pengelola pantai untuk menciptakan kenyamanan di sana, sedangkan di pintu masuk saja para penarik karcis garangnya bukan main sambil bau alkohol.
Ini yang saya maksud sangat kompleks. Entah kenapa masyarakat Baubau semua memilih berekreasi di Pantai Nirwana? Padahal masih ada Air Jatuh Tirta Rimba, ada Permandian Bungi, ada Bendungan, dsb. Mungkinkah sudah takdir harus ada korban sebagai tumbal menyambut Ramadhan di Kota Baubau?
Baubau Post sudah mengetahui kalau akan ada berita besar dan menarik di Pantai Nirwana sehari sebelumnya, Sabtu. Sudah dibuat list agar ada wartawan yang ditugaskan meliput di sana. Karena sudah pasti akan sangat ramai, orang sedang akan menyambut Ramadhan, inilah yang disebut berita menarik.
Lalu mana aparat keamanan, pihak berwajib? Seharusnya bisa mengantisipasi jika terjadi pembludakan. Saya sering nonton di TV kalau di daerah lain dalam situasi luar biasa terjadi pembludakan, aparat keamanan pasti akan total melakukan pengawalan. Tapi Minggu lalu di Pantai Nirwana tidak...!!!
Sebuah pertanyaan sekaligus judul tulisan singkat ini. Saya tertarik dengan kisah tewasnya seorang pemuda yang sedang berekreasi di Pantai Nirwana. Tak ada badai tak ada hujan, tiba-tiba dikeroyok sampai mati tanpa ada yang mencegah.
Pengeroyokan itu dilihat oleh orang banyak. Lalu kelompok pemuda yang lain yang prihatin, mengingatkan kepada sekelompok pemuda beringas itu. "Hei sudah mi, dia sudah tidak berdaya, itu!!!"
Bukannya didengar, malah pemuda itu dijadikan sasaran amukan. "Hei,,,, kamu orang...........," (menyebut nama kelurahan) tidak etis disebut di sini nanti memprofokasi. Untung yang diserang itu juga memiliki banyak teman. Dan terjadilah perkelahian kelompok di Pantai Nirwana.
Beginikah budaya kita, budaya orang Buton yang katanya saling menghargai???
Kejadian ini perlu diingat sebagai memori untuk menyambut Ramadhan berikutnya. Atau ketika Pantai Nirwana sangat Ramai, maka harus ada pengamanan dan pengawalan dari pihak berwajib.
Berkaca pada bentrok Pantai Nirwana tahun 2001 yang berdampak pada perang Syara. Saya sebetulnya nyaris menjadi korban tebasan parang panjang. Ketika itu saya berprofesi sebagai sopir angkutan umum dan kebetulan mendapat carteran ke Pantai Nirwana.
Sekira pukul 15.00 Wita cuaca cerah dan pantai sangat ramai. Ada acara konser musik yang pentasnya tepat di bagian barat Pantai Nirwana dan menghadap ke arah Timur. Saya merasakan firasat buruk namun tidak bisa memastikan.
Di pantai tempat orang berekreasi itu dipenuhi sekumpulan orang, sekumpulan anak muda yang nongkrong di atas potongan batang kayu, di atas batu sambil menenggak arak dan ada juga yang menenggak bir. Saya berada di tengah-tengah dan mulai menghitung orang yang menenggak minuman beralkohol. Kira-kira ada sekitar lima kelompok. Ada yang membuat lingkaran di tebing-tebing, dsb.
Tiba-tiba saya melihat pemandangan kacau, sekelompok pemuda sedang berkelahi, tepatnya di depan pentas yang ketika itu berlatar putih saya kurang perhatikan konser apa ketika itu. Begitulah kacaunya perkelahian massa. Ada yang sedang berhadapan saling tendang, tiba-tiba dibukuli pakai batang kayu dari arah belakang.
Perkelaian itu tak jauh dari mobil tempat saya parkir. Saya tidak berpikir lari, karena perkelahian seperti itu di usia saya ketika itu, sangat menarik untuk dinonton, apalagi salah satu penumpang saya belum semuanya naik ke mobil. Makanya mobil mikrolet kuning yang saya bawa saya parkir agak menjauh dari perkelahian lalu saya nonton lagi. tak lama kemudian perkelahian itu menyebar bukan lagi di bagian barat tapi sudah sampai ke tengah.
Saya berinisiatif untuk melarikan diri dan meninggalkan salah satu penumpang. Tapi rupanya sudah terlambat, karena perkelahian sudah menyebar sampai di akses jalan pulang. Saya tidak menonton lagi perkelahian dari jarak jauh, tapi dari jarak satu dan dua meter di samping, di depan dan belakang mobil.
Sampai ada sebuah batu masuk dari jendela sebelah tembus ke pintu keluar penumpang mobil. Beruntung penumpangku yang kebanyakan perempuan menunduk ketakutan sehingga tidak ada kepala yang terlihat di jendela.
Saya memutuskan untuk memilih tempat parkir di tebing bagian tengah sebab perkelahian sudah sampai di pintu masuk. Saya melihat ada pemuda yang dihantam pakai batu, dipukul pakai kayu tak berdaya dan tak bergerak. Entah pemuda dari mana, yang jelas dia berlumuran darah hanya berjeans hitam tanpa baju dia dikeroyok habis-habisan.
Baru saja mau parkir, tiba-tiba seorang pemuda menghampiri saya dengan suara keras dan memukul mobil bagian depan. Sampai bekas tinjunya itu membuat mobil peot, lalu dia mencabut kunci. Saya turun dan....!!! Saya melihat massa datang ke arahku dari arah tangga turun pantai nirwana dan ada yang membawa parang panjang.
Seingatku, dia mengayunkan parang dan mau menebas leherku. Saya dingin, melihat situasi gelap seketika, tidak berdaya, tidak memperlihatkan perlawanan dan pemberontakan. Saya hanya menyilangkan kedua tangan ke kepala lalu tunduk siap menerima tebasan itu.
Sambil menutup mata saya mendengar teriakan, bukan eeeee, bukan dia. Lalu saya dibangunkan dan dipeluk. "Untung eee, kalau tidak kita salah mi, minta maaf," kata salah satu dari mereka. Dan pada akhirnya parang panjang itu disembunyikan di bawah jok mobilku hingga ke Kota Baubau agar tidak terdeteksi aparat.
Saya hanya diam dan pucat tidak bisa berkata. Hanya bisa terseyum. Hingga kejadian itu saya belum melihat polisi datang sedangkan waktu sudah kira-kira pukul 17.00 Wita. Pantai sudah sunyi tinggal beberapa orang dan beberapa mobil yang terjebak termasuk saya.
Baru kemudian polisi datang memakai mobil kijang patroli, berseragam menenteng senapan kayu. Pria yang tadi dikeroyok habis dimuat di mobil patroli lalu dilarikan ke rumah sakit.
Mobilku tidak bisa stater sebab kuncinya diambil oleh salah seorang pemuda. Saya beranikan diri jalan kaki ke pintu keluar. Saya bertemu dengan seorang polisi. Kalau tidak salah ingat, dia dipanggil Pak Ginting dan kalau tidak salah dia Kasat Intel waktu itu. Dia mau mengantar saya mencari pemuda yang mencabut kunci mobilku itu. Di pintu masuk yang sekarang ada palang itu, masih terjadi perkelahian. Pak ginting melepaskan tembakan.
"Satu.......dua......, berhenti kalian. Kalau tidak saya pecahkan kepalamu satu-satu." Para pemuda itu kocar dan bubar. Saya sempat bertemu dengan pria yang mencabut kunci mobilku itu tapi dia pun sudah tidak tahu di mana kunci mobilku. Makanya saya memutuskan memaksa kunci pakai obeng dan pulang. Di perjalanan di tikungan SMA tiga saya melihat kerumunan orang melakukan sweeping.
Kejadian ini sekaligus menjadi penanda perang syara di Kecamatan Betoambari ketika itu. Sejak itu saya mengalami trauma untuk ke Pantai Nirwana. Nanti Tahun 2009 saya baru berani lagi ke Pantai Nirwana. Beruntung hari Minggu 7 Juli "Nirwana Berdarah itu" saya batal ke Pantai. Saya hanya lewat Gua Lakasa pukul 16.00 Wita itu, lalu mengarahkan mobilku ke Tomba ke Layame Travel/Rendra Rental Motor. Di jalan menuju Pantai Nirwana sempat berpapasan dengan truk yang memuat para pemuda dan situasi jalan yang kocak.(****)
Dibaca 1124 kali
KOMENTAR BERITA
09:12/19-12-13
ucky
Sedih ,, untung sja salah orang
22:04/24-04-14
david
mudah-mudahan aparat keamanan semakin siaga dalam menghadapi kondisi seperti ini, harusnya setiap hari minggu ada gabungan aparat yg ikut siaga di pantai Nirwana karena mengingat selalu terjadi kekacauan jika ramai pengunjung yang berdatangan dari berbagai penjuru kota Baubau..., utamanya lakukan razia miras sebelum masuk kawasan pantai Nirwana.