Feature
21 April 2013
Baubau Dalam Cengkraman Kanker Ekonomi
 
KATA kanker adalah kata yang pas untuk menggambarkan situasi darurat modal keuangan bagi pedagang kecil di Kota Baubau. Meski beberapa bank konvensional memiliki program yang mengakomodir pengusaha kecil, namun di level implementasi tetap saja menciptakan jurang. Sebab tidak bisa menyentuh hingga pedagang sayur atau pedagang ikan atau level usaha paling rendah lainnya.

YUHANDRI HARDIMAN: PEMRED BAUBAU POST

MUNCUL pertanyaan, Apakah pedagang kasoami, penjual sayur kangkung,
tukang ojek, dan berbagai usaha yang dilakoni masyarakat kecil
membutuhkan modal? Jawabannya iya. Sebab semua jenis usaha membutuhkan
modal. Yang membedakan adalah seberapa besar modal yang dibutuhkan
untuk bisa memulai usahanya.

Sudah pasti pedagang kasoami tidak bisa mendapat legalisasi surat
keterangan usaha dari kelurahan, bahkan pasti tidak berbadan hukum,
atau toko beretalase mewah. Sudah pasti tidak memiliki rincian arus
kas dan manajemen yang baik untuk menjadi ukuran bagi sejumlah bank
untuk mengetahui kondisi jalannya roda usaha untuk kemudian diberikan
kredit modal usaha. Pedagang seperti mereka ini tidak memiliki barang
mewah untuk dijadikan jaminan di pegadaian dan di sejumlah perusaaan
finance. Apalagi koperasi kini terbalik menjadi lembaga kapital yang
mencari keuntungan besar bahkan menerapkan bunga jauh lebih tinggi.

Repotnya syarat, kriteria dan jaminan serta banyaknya tetek bengek
yang diterapkan di berbagai bank, menjadi gembok baja atau palang
penghalang untuk para pedagang kecil ini untuk ikut menikmati kucuran
modal usaha mikro dengan pengembalian bunga yang ringan dan sangat
membantu. Apakah benar pedagang kasoami dan pedagang sayur kangkung
tidak memiliki daya untuk mengembalikan uang pinjaman seperti di bank
pada umumnya? Mari kita buktikan.

Saya pernah membahas ini hanya empat mata dengan pak Usman, anggota
DPRD Kabupaten Buton. Dia sangat menaruh perhatian dengan kondisi ini
dan melihat pedagang kecil seperti penjual sayur memiliki kemampuan
untuk mengembalikan modal yang dipinjam malah dalam bentuk
pengembalian yang sangat besar. Yang saya tangkap adalah, yang kaya
akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Betapa tidak,
pengusaha besar atau sedang meminjam modal usaha di bank dalam jumlah
besar dengan pengembalian kecil bahkan 2 persen atau lebih rendah dari
ini. Sedangkan pedagang sayur meminjam 100.000 atau 300.000 di
rentenir dan atau praktik perkoperasian dengan bunga tinggi 20 hingga
30% yang kemudian menjadi beban memberatkan dan membuat ketakutan di
setiap harinya. Namun tetap saja menjadi kebutuhan sebab praktik ini
masih saja ada dan semakin menjadi-jadi.

Banyaknya lembaga perkreditan di Kota Baubau dengan kriteria yang
sangat mudah, menjadi tumpuan masyarakat kecil, asal punya jaminan,
alamat jelas, yah uang keluar. Sedangkan jika di bank, meski sudah
bisa menyerahkan jaminan sertiikat, BPKB kendaraan, jika pernah
menunggak perumahan BTN dua kali maka sudah pasti tidak bisa. Untuk
pedagang sayur mana mampu mengajukan ke dua lembaga ini dengan
kriteria sedemikian berat dan repot.

Penelusuran saya di beberapa penjual ubi, penjual kasoami, dan sayur,
ternyata mereka juga meminjam uang untuk bisa menjalankan usahanya.
Dan rupanya banyak lembaga siluman yang menyodorkan pinjaman dengan
mudahnya kepada mereka. Dengan pencairan yang mudah dan praktis, para
pedagang kasoami ini pun terperangkap.

"Kita mau beli ubi kan harus pakai uang. Ya kalau ada yang percaya
kita, kita pinjam saja kita kembalikan juga 4000 setiap hari mereka
datang menagih," jelas ibu ija, ditemui di salah satu pasar
tradisional.

Pengembalian ini mereka rasa murah dan kooperatif. Tetapi sebetulnya
jika dihitung berdasarkan bunga bank, nilai bunga di level pasar kecil
jauh berpuluh kali lipat. Ini menggambarkan betapa kuatnya kemampuan
mereka untuk mengembalikan pinjaman itu.

Nilai pinjaman Rp 100.000 akan ditagih oleh si penyedia pinjaman Rp
4.000 per hari. Jika dikali dalam 30 hari, maka uang tersebut akan
dilunasi sebanyak Rp 120.000. Jika meminjam Rp 1.000.000, maka akan
ditagih Rp 40.000 per hari. Jika meminjam 10.000.000, maka nilai
pengembalian Rp 400.000 per hari yang artinya uang Rp 10 juta tadi
sudah memberi keuntungan dua juga kepada para rentenir.

Saya lebih tertarik membahas pedagang kasoami, penjual sayur, dan
ribuan pedagang sejenis ini. Kalau ada 1000 pedagang sejenis ini
meminjam kepada penyedia pinjaman yang bergentayangan door to door
dari rumah ke rumah hingga di pasar-pasar, berarti 1000 pedagang itu
telah menyumbang Rp 4.000.000 kepada rentenir. Dan dalam 30 hari, para
rentenir bisa meraup keuntungan dari pedagang sayur senilai Rp
120.000.000.

Ini menggambarkan terjadi jurang ekonomi perlakuan yang berbeda
antara golongan dan level pelaku usaha di Kota Baubau. Sebetulnya
pedagang kecil memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman.
Terbukti mereka bisa cicilan pinjaman setiap harinya meski dalam bunga
yang besar.

Tulisan ini sekaligus menjadi pisau analisis betapa kanker sosial
ekonomi di Kota Baubau sudah sangat menggerogoti level penting
masyarakat kita. Untuk mendapatkan modal usaha, para pedagang kecilan
ini.

Pemerintah harus bisa membaca kesulitan ekonomi yang menggerogoti
pedagang kecil, ibarat kanker terus menjadi ancaman. Begitu banyaknya
mereka yang bekerja banting tulang, banting keringat, waktunya
dihabiskan untuk mendapatkan keuntungan kecil itu namun yang
mendapatkan keuntungannya justru parasit.

Koperasi harus kembali kepada wujudnya yakni mensejahterakan
anggotanya berdasarkan azas kekeluargaan. Bukan menjelma menjadi rente
dan menghisap nasabahnya.(***)
 
Share |
 
Dibaca 267 kali
 
KOMENTAR BERITA
     
Nama :
Email :
komentar :
Kode Verifikas :
   
   

 

 
 
 
 
 
                                                                                                         Wawali Buka Porseni Puma     Dua Rumah Warga Batulo Ludes Terbakar     Stop Dance Berkarya Tanpa Miras     100 Remaja Masjid Babusalam Parade Beduk     Maasra Buka Perkemahan di Samparona      Alamat Redaksi, JL Yos Soedarso, Kota Baubau Sultra. Lantai II Umna Wolio Plaza. BERLANGGANAN/IKLAN .::. Tlp. 0402-282115 - HP - 0815 2480 5731 Kirim SMS (BERLANGGANAN (SPASI) NAMA (SPASI) ALAMAT JELAS.