Dialog dalam pesan singkat itu, wanita berinsial A itu tinggal di Kelurahan Bataraguru. Dia masih belia dan tercatat sebagai pelajar di salah satu SMA di Kota Baubau.

A mengetahui nomor HP salah satu Tim Investigasi Baubau Pos melalui alat jejaring sosial Face Book (FB). "Berarti sudah bisa bunuh ular," begitu ABG itu dijawab.

"Iya, sekaligus bisa menjinakan laki-laki," jawabnya.

Jawaban ini adalah satu kunci yang membuat tim investigasi lebih berani memberi pertanyaan umpan yang lebih ganas. "Yang jelas kalau kita mau, saya bisa bikin jinak kamu," begitu jawaban ABG itu.

Setelah komunikasi mantap, Tim Investigasi pun membuat janji untuk bertemu pelajar kelas tiga SMA itu. Tim investigasi sempat dibuat pusing, sebab wanita muda itu sangat sekret dan hati-hati dalam bergerak. Jika membuat janjian, dia menyuruh pelanggannya untuk datang ke suatu tempat yang ia sebut agar ia bisa ia cermati lebih jelas.

"Om naik mobil apa?"

"Saya naik motor mio!"

Wanita itu pun menyuruh Tim Investigasi untuk kembali setelah menuruni gunung di Kelurahan Batara Guru. Hingga tiga kali bolak-balik, perempuan muda itu pun memutuskan komunikasi bahkan tidak menjawab pesan yang dikirim kepadanya.

Ini artinya, ABG itu menyukai pelanggan yang mengendarai mobil. Karena dari salah satu SMS-nya, berbunyi "kamu naik mobil apa?"

Tidak kehabisan akal, tim investigasi pun memulai dengan jurus baru dengan memanggil (menelepon) ABG berinsial A itu dengan nomor operator baru. "Maaf ya, tadi saya salah sambung!"

"Berkenalan juga boleh," kata ABG itu.

"Bisa diajak ya?"

"Bisa kata ABG itu!"

Sekali lagi A mengajak Tim Investigasi untuk datang ke Kelurahan Bataraguru. "Kamu naik taksi atau ojek saja, nanti saya ganti ojekmu Rp 100.000 di luar biaya dan tips dll." Wanita muda itu menolak dan ngotot harus dijemput di tempat yang ia minta.

"Klu kamu gak mau, gimana nanti besok za?"

Tidak ingin kehilangan pelanggan, wanita muda itu pun bersedia untuk bertemu di tempat lain. "Klu gitu aku tunggu di Taman BRI 30 menit lagi,"

Tim Investigasi pun segera ke Taman BRI dan mendahului wanita muda itu. "Ok nanti sms ya klu kamu sudah di taman BRI, nanti aku jemput,"

Wanita itu memakai rok hitam pendek berbaju merah tipis. Melihat wajah dan molekny kayaknya boleh lah, dia bercat kuku hitam bintik-bintik putih. Dia terlihat duduk dan menghisap rokok, di kiri kanannya diapit dua pria memakai helem masker.

"Datang mi di taman BRI, saya sudah sampai,"

"Saya baru saja lewat, saya lihat ada dua pria di sampingmu, saya gak brani, makanya saya langsung jalan saja."

"Mereka ini temanku jhii di Taman BRI ini, saya mampir minta rokoknya"

Kami meminta ulur waktu hingga besok saja, tapi ABG itu ngotot lagi. "Percuma saya naik ojek baru nanti besok lagi,"

Tim investigasi memintanya untuk jalan ke arah Tugu Adipura tepat di deparn Rujab Bupati Buton. Dia pun menyanggupinya. "Oke saya ke sana, tapi langsung mampir klu sudah liat saya," katanya.

Tim investigasi pun segera menghampirinya, dia menunjuk beberapa hotel kelas bawah. Ketika ditawari hotel Rajawali dan Mira dia menolak. Selanjutnya tim mengajaknya.

Untuk tarif, dia memasang tarif Rp 300 ribu short time. Yang jelas wanita muda seprovesi dengannya masih banyak.

Masih ada lagi ayam kampus yang berprovesi sama dengan si inisial A. Tarifnya lumayan berkisar Rp 700 ribu ke atas. Setelah diamati, rata-rata mereka senang berkumpul di Taman BRI pada malam atau sore hari. Ada yang suka sendiri atau satu group dengan jenis kendaraan roda dua satu tipe (merek).

Ada juga yang lebih sekret, cukup memesan di salon tertentu. Tarifnya berkisar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta, sebab terdiri dari dua kualitas. Kualitas tergantung dari kecantikan wajah, penampilan, kebersihan badan, dan usia. Untuk ukuran usia muda pelajar dan mahasiswa agak sedikit mahal.

Mudah-mudahan kisah singkat ini bisa menjadi kuliah singkat buat kita. Apalagi kebutuhan semakin tinggi dan tidak didukung oleh finansial memadai. Satu-satunya jalan untuk memenuhi itu adalah dengan jalan jual diri.(**)

 

 

 

Nama	:
Email	:
komentar	:
Kode Verifikas	: