Ahmad Abidin Saat Memperlihatkan Piagam dan Trofi Juara II Penghargaan Anibakti Minabahari, La Ode Adnan Irham, baubaupos
La Ode Adnan Irham & Yuhandri Hardiman, Baubau PELABUHAN Pendaratan Ikan (PPI) Wameo sangat strategis dan menjadi nyawa baru bagi para nelayan. Keistimewaan PPI Wameo dekat dengan pasar, didukung akses jalan yang memadai, serta memiliki pelabuhan tempat pendaratan ikan. PPI Wameo juga memproduksi es balok yang dibutuhkan nelayan, serta memiliki cool storage untuk menggunakan ikan hasil tangkapan nelayan.
"Meski ratusan tahun, ikan akan tetap awet kalau disimpan di dalam cool storage," jelas Koordinator Karyawan PPI Wameo, Ahmad Abidin.
Pabrik es PPI Wameo didirikan tahun 2005, lalu kemudian mengadakan cool storage (gudang pendingin ikan). Keberadaan cool storage (CS) cukup bermanfaat untuk mengurangi angka kerugian nelayan secara signifikan. "Dulu nelayan, ratusan ton membuang ikan ke laut. Sekarang sudah tinggal sedikit meski masih ada yang buang ikan ke laut. Waktu lalu saja nelayan membuang ikannya 6 ton ke laut."
Cool storage PPI Wameo bisa menampung 70 ton. Karena PPI Wameo memiliki dua cool storage, maka daya tampungnya sebanyak 140 ton. Dengan kapasitas yang ada, nelayan tidak perlu khawatir mengalami kerusakan ikan. "Para nelayan yang membawa ikan ke sini menitip ikannya, hingga ikannya laku terjual."
Beberapa jenis ikan yang ditampung di cool storage PPI Wameo yakni ikan tongkol, cakalang, ikan layang, dan ikan tuna. Untuk ikan tongkol, cakalang dan tuna, kerap diekspor ke Jepang, Thailan, Malaysia, dan Eropa. Selain itu juga dijual di wilayah Sultra, Kabupaten Buton, dan Kota Baubau. Sedangkan ikan layang, Kabupaten Muna termasuk pembeli terbesar. Meski demikian, ikan layang juga diekspor ke luar negeri.
Bukan hanya nelayan Baubau yang memanfaatkan cool storage PPI Wameo, melainkan juga nelayan dari luar, seperti Bulukumba, Sinjai, Bone, dan beberapa daerah lain termasuk nelayan dari Kalimantan. Masih banyak nelayan daerah lain yang bisa dilayani untuk dimasukan ke dalam cool storage jika kapasitasnya ditambah.
Jika musim tangkapan tiba, PPI Wameo pasti kewalahan. Salah satu cara untuk mengantisipasi agar ikan para nelayan tidak rusak, yakni melalui proses cilncing. Yakni memasukan ikan nelayan ke dalam cool box lalu didinginkan menggunakan balok es sambil menunggu giliran untuk dimasukan ke dalam cool storage.
Letak Kota Baubau sangat strategis mudah dijangkau dari daerah penangkapan ikan. Kawasan tangkapan ikan bagi nelayan yakni di perairan Batu Atas, Ereke, Wakatobi. Beberapa titik ini dikatakan sangat dekat dengan PPI Wameo, karena bisa ditempuh dengan perjalanan kapal ikan hingga 12 jam. Pulau Buton diapit Laut Flores, Laut Maluku, dan Laut Banda. Makanya menjadi cukup beralasan kalau ikan di Perairan Buton cukup melimpah dan butuh cool storage yang berdaya tampung lebih.
Nelayan yang memancing kawasan Perairan Pulau Buton sangat bergantung dengan PPI Wameo. Mulai dari kebutuhan es balok hingga penggudangan agar tetap awet dengan mutu daging yang tetap terjamin. Sebelum berangkat memancing, Kapal nelayan harus membeli balok es. Satu buah kapal membutuhkan hingga 75 balok es. Balok es ini digunakan untuk mengawetkan ikan tangkapan. Karena jika tidak, hasil tangkapan akan dibuang sia-sia.
"Nelayan itu kan memancingnya jauh hingga perjalanan 12 jam. Hingga sampai di PPI Wameo, ikan tetap bermutu dan tidak layu."
"Kalau yang dibuang berton-ton di laut itu, memang karena tidak layak untuk dimasukan di cool storage (CS). Karena saat sampai di pelabuhan masih bagus, namun karena pas tiba di PPI Wameo cool storage penuh atau pas kebetulan es baloknya lagi kosong, dalam waktu beberapa jam ikannya jadi lembek dan rusak, maka terpaksa harus dibuang."
PPI Wameo memiliki 17 karyawan. Jumlah yang tidak mencapai 20 ini masih sangat kurang, mengingat masifnya ikan hasil tangkapan nelayan. 17 karyawan ini sudah termasuk buruh dan staf manajemen.
Ikan yang dimasukkan ke cool storage memiliki perlakuan khusus, yakni ditimbang, dimasukkan ke dalam gudang pensterilan Air Blast Frizzer (ABF) bersuhu -40 derajat celcius selama 12 jam, lalu dikemas dalam dus bagi ikan jenis layang. Sedangkan ikan tongkol/cakalang dan jenis tuna dimasukan ke dalam karung. Setelah proses ini, maka ikan siap untuk disimpan dalam gudang pendingin.
"Untuk dus dan karung, disediakan sendiri oleh nelayan. Kita hanya menyediakan tali pengikat."
PPI Wameo memiliki tiga ABF berkapasitas lima ton dan storage berdaya tampung 70 ton. PPI Wameo memiliki dua cool storage. ABF maupun CS memiliki mesin pendingin yang standar, membutuhkan daya listrik sebesar 240 volt. Jika listrik padam, PPI Wameo memiliki genset.
Ahmad Abidin mengajak untuk melihat pabrik es balok yang terletak di bagian barat cool storage. Pabrik es milik PPI Wameo masih kurang memadai, karena hanya bisa memproduksi 200 balok per 24 jam dan didukung gudang berdaya tampung 300 sampai 400 balok. Keadaan ini tidak sinkron dengan kebutuhan nelayan yang masuk ke PPI Wameo.
PPI Wameo didukung oleh 25 kapal nelayan. "Dari 25 kapal ini, setengahnya milik nelayan Baubau, setengahnya dipinjam dari Larantuka."
Satu kapal membutuhkan 75 balok es. Jika 25 unit kapal, maka PPI Wameo harus menyediakan 1.875. Namun PPI Wameo masih bisa sedikit bernafas, karena kapal nelayan masih aplous (keluar masuk, red) Namun produksi 200 balok dan dukungan gudang es yang berdaya tampung hanya 300 balok masih sangat riskan.
"Yang jelas idealnya harus ditambah lagi, agar kita bisa memproduksi 400 balok per hari."
Mengingat letak Baubau sangat strategis, banyak nelayan dari luar Baubau bergantug dengan PPI Wameo. Namun keadaan PPI Wamao yang masih terbatas, menjadi sebuah alasan masih banyak nelayan lain masih pikir-pikir untuk menampung ikan di PPI Wameo. "Nelayan dari Kalimantan misalnya, dia harus telepon saya dulu, apakah ada peluang atau tidak," katanya.
PPI Wameo kini menjadi PPI yang baru saja menyandang status teladan II tingkat Nasional. Status ini adalah hasil penilaian Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan menjadi sebuah motivasi untuk meningkatkannya. Sebab selama ini di tingkat Provinsi Sultra, PPI Wameo hanya menyandang peringkat III.
"Orang dari Kementerian kaget. Tidak sangka ternyata Baubau seperti ini, bisanya katanya Pemerintah ini dia lakukan ini semacam ada gudang esnya pabrik termasuk gudang ikannya, mereka kira ini milik swasta cuma bernaung diatas ditanahnya pemerintah, padahal ini milik DKP.
Awal beroperasi, PPI Wameo sempat dianggap tidak berguna. Namun sekarang PPI Wameo memberikan manfaat ganda bagi para nelayan karena di tempat itulah nelayan biasa menyimpan ikan-ikannya untuk kemudian didistribusikan.
PPI Wameo akan menghasilkan ikan lebih banyak jika ketersediaan akan es memadai. Dengan hanya mengandalkan satu pabrik es yang hanya bisa memproduksi sebanyak 400 balok es seberat 50kg sangat tidak memungkinkan para nelayan untuk melaut. Nelayan sangat menggantungan hasil tangkapan terhadap ketersediaan es, dimana kapal-kapal nelayan harus mendapatkan es sebelum melaut.
"Satu kuncinya. Walaupun banyak umpan ada semuanya, banyak ikan tapi kalau tidak ada es tidak akan ada gunanya. Karena itu es diberikan ke kapal-kapal sebelum mereka pergi memacing. Kan jaraknya mereka memancing itu 12 jam sampai lewat batu atas sana. Jadi kalau sudah dapat itu mereka harus pakai es, kalau tidak pakai es tiba di tempat lembek ikannya tidak ada gunanya jadi harus dibuang."
Laut Sultra yang menurut penelitian ikannya tidak akan pernah habis. Karena diapit oleh dua laut yang sangat kaya akan ikan yakni Laut Banda dan Laut Flores. Jika musim barat, ikan akan datang dari arah laut Banda dan musim timur datang dari arah Laut Flores. Sehingga memungkinkan Kota Baubau yang sebagai daerah transit persinggahan kapal-kapal nelayan untuk membawa ikan-ikan hasil tangkapanya ke PPI Wameo.
Dengan harapan jika pemerintah menambahkan satu lagi pabrik es dan satu gudang maka Amhad Abidin memastikan kedepan PPI Wamoe akan lebih baik lagi meskipun kini PPI Wameo tidak hanya mendistribusikan ikan-ikannya ke sejumlah daerah di Indonesia. Sebanyak 80% didistribusikan ke wilayah Indonesia sementara 15% diekspor ke beberapa negara diantaranya Thailand, Jepang, Malaysia dan negara Uni eropa. Dimana realisasi capaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) sejak 2009 semangkin meningkat.
Selain itu keberadaan pelabuhan untuk kapal-kapal nelayan juga menjadi faktor peningkatan kemajuan PPI Wameo. Pelabuhan yang seharusnya minimal panjangnya minimal 50 meter, sementara yang ada kurang lebih 20 meter juga telah tampak rusak sebagian setelah dihempas gelombang laut angin barat. Sehingga hanya minimal tiga kapal yang bisa bersandar di pelabuhan, sementara lainnya harus secara bergantian menunggu giliran sandar.(**)
Dibaca 244 kali
KOMENTAR BERITA