Ketika 57 Rumah Digerogoti Api, Pemukiman Padat Bataraguru Pun Lantak
Peristiwa kebakaran yang terjadi di dua RT Kelurahan Bataraguru, Kecamatan Wolio Kota Baubau banyak yang menduga akibat tegangan pendek arus listrik. Tapi tak sedikit yang mengatakan karena kesalahan fatal sipemilik rumah yang menurut beberapa warga menjual petasan. Namun hingga kini masih belum di temukan penyebab pasti kebakaran yang menggerogoti 57 buah rumah itu.
La Ode Adnan Irham, Baubau
Tidak begitu lama pergerakan api dari sumbernya yang diduga rumah kost itu merembes ke arah selatan berkat bantuan angin. Rumah-rumah dalam satu komunitas itu pun menjadi makanan empuk dan dilahap api begitu cepatnya.
Sabtu (20/8), sekira pukul 12.00 Wita masyarakat RT 01 dan RT 03 RW 05 Kelurahan Bataraguru, Kecamatan Wolio berhamburan keluar rumah setelah mengetahui adanya kobaran api dahsyat di pemukiman mereka. Kejadian tiba-tiba itu membuat beberapa warga hanya bisa melarikan diri dari dalam rumah agar tak terjilat api.
Saat kejadian para wanita terlihat mengeluarkan apa saja yang dapat diselamatkan semampu mereka dari dalam rumahnya. Sementara lelaki tetap berusaha memadamkan api menggunakan apa saja yang dapat dipakai untuk menetralisir api yang semakin menjadi-jadi, bahkan air comberan yang tersedia di got-got dimanfaatkan untuk memadamkan api.
Angin yang saat peritiwa sedang kencang membuat api dengan cepat menyebar ke beberapa rumah warga di pemukiman padat itu. Bak adrenalin darah berpacu di urat nadi, warga berlarian menyiram, menyelamatkan barang di lorong-lorong sempit di kawasan itu.
"Jangan cuma diliat, tolong bantu," teriak seorang bapak kepada sejumlah warga yang datang menonton kobaran api.
Seorang Ibu muda yang saat peristiwa hanya bisa menitikkan air mata, menatap rumahnya yang terus dilahap api sambil menggendong buah hatinya yang juga tak berhenti menangis. Dia tetap tak mampu berbuat banyak selain merelakan rumahnya dilahap sedikit-demi sedikit hingga lantak menjadi arang.
"Tidak ada yang bisa saya ambil, pas saya tau ada kebakaran yang saya pikirkan cuma lari sambil gendong dia," tutur ibu Ida sambil menenangkan anaknya yang terus menangis.
Petugas pemadam kebakaran yang datang kira-kira 15 menit saat kebakaran mulai terjadi, tampak sigap melawan api. Tak tanggung-tanggung puluhan mobil pemadam kebakaran langsung diturunkan demi memadamkan api agar tidak lebih banyak lagi rumah yang terkena dampak kebakaran tersebut.
Kondisi tempat kejadian yang sempit ditambah banyaknya warga yang mondar-mandir di lokasi serta jalan Bataraguru yang dipadati warga masyarakat yang datang hanya sekedar ingin menyaksikan peristiwa kebakaran tersebut juga menyulitkan para petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Sehingga rumah-rumah warga terpaksa dipanjat oleh petugas pemadam demi untuk menyemprotkan air.
Selain diturunkannya empat buah mobil pemadam kebakaran, usaha untuk memadamkan api juga dilakukan dengan mendatangkan mobil PDAM Kota Baubau serta beberapa mobil penjual air lainnya, termasuk satu unit mobil pemadam Kabupaten Buton. Alhasil perjuangan untuk memadamkan api akhirnya selesai sekitar pukul 15.20 wita.
Meskipun api telah berhasil jinakkan namun suasana sedih terus menyelimuti wilayah dua RT tersebut. Tangisan orang-orang yang kehilangan harta bendanya tak kuasa terbendung. Namun barang-barang warga yang masih bisa diselamatkan oleh sipemilik memenuhi badan jalan Bataraguru serta lorong-lorong di sekitar tempat kejadian.
Sehari pasca kebakaran, di tempat kejadian tampak beberapa warga yang rumahnya terkena dampak kebakaran berusaha mencari barang-barang yang masih bisa dipakai di sisa puing-puing rumah mereka. Tak ketinggalan anak-anak juga ikut menggali sisa-sisa barang yang terbakar untuk mencari sesuatu yang dapat dipakai.
"Ada yang saya simpan di sela-sela baju, siapa tau masih bisa saya dapat," ungkap seorang warga.
Kebakaran ini merupakan yang terbesar dan terheboh di tahun 2011 ini, sekaligus terbesar dalam kurun waktu 14 tahun ini setelah kebakaran terakhir pasar Sentral Baubau puluhan tahun silam.
57 buah rumah terbakar dengan rincian RT 3 sebanyak 28 buah rumah yang hangus dan delapan rumah yag terbakar sebagian. Sementara di RT 1/5 yang habis terbakar sekitar 18 rumah dan tiga rumah lainnya terbakar sebagian.
Kisah lain pada tragedi itu, pukul 12.05 Wita, ketika Samsuri yang sehari-harinya menjaga jualan di Pasar Sentral Laelangi baru saja menutup shalat Zuhurnya dengan dua kali salam. HP-nya berdering, dan betapa kagetnya dia ketika terjadi pembicaraan dengan adiknya, Amin yang ketika itu sudah melihat kepulan asap dari tepi barat. Kebetulan rumah Samsuri (rumah ayahnya, H.Kahar) adalah rumah dua tingkat yang menjadi gudang toko meubel dan menyimpan barang-barang berupa sepatu dan pakaian.
Samsuri segera menarik gas dengan harapan bisa menyelamatkan barang-barang sekaligus bisa melawan api. Jualannya di La Elangi dibiarkan tetap terbuka dan tidak dihiraukannya.
Samsuri tidak bisa merincikan kerugian yang dialami keluarganya, hanya saja kata dia, rumahnya yang dua lantai dengan panjang 25 meter itu terbakar semuanya. "Barangkali setengah barang-barang kita selamatkan, dan setengahnya terbakar," katanya itu adalah cobaan dari Allah.
Ibunya dan ayahnya terlihat mengumpulkan debu dan arang yang berantakan di atas tegel lantai dua. Separuh rumahnya di bagian belakang rata dengan tanah, sedangkan setengah bagian depan masih sedikit utuh, karena api sudah menghabiskan seluruh perabot dan hampir menjangkau pintu depan. 90% api sudah menjangkau sampai ke bagian dapan. Posisi rumah Samsuri berada di Jalan Poros Bataraguru, tepat di samping penjual ayam potong.
Gudang milik Delta Furniture itu mengalami kerugian ratusan juta. Sayang gudang itu tak berasuransi, makanya pihak keluarga harus merelakan dengan ikhlas. "Mudah-mudahan Allah mendatangkan yang lebih baik dari yang kita miliki ini," katanya. Pemukiman yang terbakar itu rata-rata dihuni warga asal Kecamatan Gu, Labueya.
"Kita upayakan siram juga kasian, tapi air tidak cukup, makanya begini mi habis semua di dalam," kata Samsuri. Meski api menjalar hingga ke depan, ruko yang dijadikan gudang itu masih berdiri kokoh. Dia dan korban kebakaran lainnya berharap Pemerintah tidak menutup mata atas peristiwa itu.(**)
Dibaca 62 kali
KOMENTAR BERITA