Dengan banyaknya prestasi yang ia raih baik di sekolah ataupun pada kompetisi diluar sekolah lantas tak membuat dara 17 tahun ini sombong ataupun merasa dirimya lebih baik dari yang lain. Dengan tekad kuat serta dukungan penuh keluarga, membuat ia memiliki semangat juang yang menggebu-gebu untuk memberikan yang terbaik bagi kedua orangtuanya maupun Kota tempat ia tinggal.
"Pas waktu mau berangkat ikut lomba, orangtua gak pernah bilang kamu harus menang dan jadi juara, tapi mereka cuma kasitau kamu tetap harus berusaha untuk menjadi yang terbaik dan selalu yakin dengan kemampuanmu," ungkap sulung dari tiga bersaudara ini.
Putri pasangan Muhammad Aksa dan Irawati ini juga mengaku kedua orangtuanya yang selalu mensuportnya tidak pernah menekan dirinya untuk selalu belajar namun mereka selalu memberikan arahan agar dirinya tetap yakin bisa menjadi yang terbaik.
Sejak kecil Annisa memang telah menunjukkan bakatnya dalam segala hal diantaranya sejak masuk taman kanak-kanak hingga sekarang dirinya telah menorehkan berbagai prestasi baik akademi maupun non akademik untuk membangakan kedua orangtuanya.
Dara kelahiran Baubau sembilan Maret 1994 yang bercita-cita menjadi dosen Kimia ini mempunyai hobby membaca dan bermain game. Diantara teman sebaya di sekolahnya dia juga merupakan pribadi yang ramah dan mudah diajak berteman. Sifatnya yang agak pendiam dan tidak banyak bicara namun ketika selalu benar dalam menjawab segala pertanyaan gurunya, membuat kemampuannya dalam bidang akademik sangat diakui teman-temannya maupun guru di sekolahnya.
Selama satu minggu di Kota Manado, saat berangkat pada 10 September lalu. Annisa sempat sedikit minder karena terus berpikir banyaknya peserta yang berat dengan kemampuan yang beragam. Namun dengan tetap mengingat kedua orangtuanya dia bisa meyakinkan diri sendiri untuk terus berusaha hingga maksimal.
Annisa mengaku lawan yang terberat saat Olimpiade berasal dari dari daerah Jawa. Karena kata Annisa dari segi pembinaan peserta yang berasal dari Jawa sangat bagus. Berbeda dengan pembinaan yang ia alami ketika di Kendari dimana pembinanya sempat tidak hadir. Beberapa saat akan bertanding Annisa hampir tidak bisa mengikuti perlombaan akibat terkena penyakit magh. Beruntung dengan sigap salah seorang guru Kimia yang mendampinginya ke Manado LM Syahrir memberinya obat sehingga Annisa bisa kembali mengikuti perlombaan.
Menurut Annisa di Kota Baubau banyak siswa berprestasi yang kemampuannya juga bisa disejajarkan dengan siswa-siswa berprestasi dari daerah lain. Namun pembinaan yang maksimal serta fasilitas yang juga memadai akan membuat kemampuan siswa tersebut lebih baik dari sebelumnya.
Annisa dalam kesehariannya juga tidak pernah membantah apa yang kedua orangtuanya katakan. Kedua orang tua Annisa pun tidak pernah menekan untuk membatasi pergaualannya maupun dalam hal belajar. Dengan motivasi dan keinginan tinggi yang datang dari dalam dirinya sendiri Annisa tingal diarahkan kearah yang positif.
Annisa juga setelah lulus SMA berencana ingin meneruskan pendidikannya di Universitas Indonesia. Namun dengan keterbatasan biaya, mengingat kedua orangtuanya yang hanya sebagai PNS. Sehingga batuan dari pemerintah pusat maupun daerah sangat dia butuhkan untuk mengembangkan serta memperdalam pengetahuannya di bidang kimia.
"Semua manusia itu sama, kemampuannya sama, sama-sama makan nasi juga, sama-sama makan ikan juga. Cuma dari segi kemauan setiap orang berbeda. Jadi dengan kemauan yang keras sama tekad untuk jadi yang terbaik semua orang pasti bisa," tutur Annisa.

 

 

 

Nama	:
Email	:
komentar	:
Kode Verifikas	: