Kayu gito-gito yang jumlahnya mencapai 326 batang itu ditemukan tak jauh dari CV Soewitento Sultra Indonesia. Namun hasil kroscek tim gabungan ke pihak perusahaan, kayu itu juga tidak terdaftar sebagai milik perusahaan.
Kepala Seksi Pengawasan Dishut Buton Utara, Siruddin mengatakan, kayu gito-gito itu diamankan karena tidak memiliki dokumen dan tidak jelas siapa pemiliknya. Sehingga kayu itu diangkut dan diamankan di bekas kantor Pemda Kabupaten Buton Utara.

"Di lapangan tidak jelas siapa pemiliknya. Jadi kita hanya amankan. Kalau yang punya datang dan memiliki dokumen maka kita akan serahkan," ungkapnya di Pelabuhan Lasora, Ereke, Selasa (15/2).

Informasi yang diperoleh, saat diamankan di Labaraga terdapat satu orang berinisial H RS ngotot dengan sikap tim gabungan yang ingin mengamankan kayu itu. Dia bahkan menolak kalau kayu itu akan diamankan. Hanya saja H RS tidak mau mengakui kalau kayu itu sebagai miliknya.

"Di lapangan H RS (Inisial) ini ngotot tapi dia mengaku bukan pemiliknya. Inikan aneh, kalau biasanya yang bukan pemiliknya kalau ditahan pasti sudah balik kiri pergi, tapi dia bukan pemilik kok ngotot sekali," heran salah seorang tim berpenampilan sebagai aparat.

Bukan hanya itu, H RS ini dikenal sebagai orang yang terbiasa 'bermain' kayu. Namun saat penemuan kayu itu, dia mengaku bukan sebagai pemiliknya. Kayu itu diduga milik BS (Inisial). Kayu gito-gito asal Buton Utara ini, berdasarkan informasi yang diperoleh baubaupos.com, biasanya dikirim ke Tawao Malaysia melalui Kendari. (P3)

EDITOR: YUHANDRI HARDIMAN

 

 

 

Nama	:
Email	:
komentar	: