Drs H Lutfi Hasmar S Sos MSi MSc
Tinggal menghitung hari dan atau kalau tidak ada aral melintang Walikota dan Wakil Walikota Baubau terpilih akan dilantik tanggal 30 januari 2013 dengan mengambil tempat di Baruga Keraton Buton Kota Baubau, kartu undangan sudah disebarkan dan tempat ini dikultuskan oleh masyarakat yang mendiami Jazirah Buton Raya.
Kado dimaksud bukanlah amplop yang berisi uang, parcel yang diboyong dari toko-toko swalayan, ucapan selamat melalui kartu, media cetak dan media elektronik, bukan pula karangan bunga atau bunga papan yang dipajang ditempat pelantikan, kemudian menjadi sampah dan akan diangkut oleh mobil kebersihan, tetapi kado dimaksud adalah konsepsi berfikir untuk menambah hazanah perbendaraan dan kekayaan intelektual bagi Walikota dan Wakil Walikota sehingga akan lebih terampil dan sukses dalam menjalakan tugas-tugas umum pemerintahan.
Pasangan Serasi
Dari sudut pandang Antropologi Politik Lokal, sudah hampir dapat dipastikan bahwa pasangan yang menggunakan akronim “Tampil Mesra” akan memenangkan pemilihan calon Walikota dan Wakil Walikota Baubau untuk masa jabatan 2013-2018. Mengapa? Karena keduanya adalah putra-putri asli dari Kota Baubau, silsilah keturunannya sangat jelas, dengan tidak menafikan semangat Nasionalisme, maka kekuatan-kekuatan lokal Baubau bangkit untuk mendukung, membantu, memberi kontribusi berupa moril, material, financial dan organisatoris. Hal ini dibuktikan dengan maraknya sosialisasi yang mereka hadiri, diselengarakan bahkan didanai oleh kekuatan-kekuatan lokal tersebut. Disamping itu yang sangat kontras dan mencengankan adalah berjubelnya masyarakat yang datang menghadiri kampanye “Tampil Mesra” disetiap kali putaran.
Hal lain bahwa pasangan ini dinilai sebagai pasangan calon dengan kombinasi yang paling solid dan komplit karena menunjukan keterpaduan golongan antara “Kaomu-Walaka”, Birokrat-Politisi, keterpaduan Gender (Pria-Wanita) yang memiliki basis masa yang jelas, mengakar sampai kebawah (Grass Roat ) disamping itu memiliki Track Record yang bersih tanpa cacat. Kedua pasangan ini tidak akan dihinggapi penyakit resah dan gelisah, memiliki kemantapan emosional yang akan mengedepankan cita rasa ketimbang egois emosional dalam menetapkan sabuah kebijakan.
Jangan Melupakan Sejarah
Bung Karno sebagai tokoh proklamator, pada tahun 1963, pernah berpidato dengan judul “Jas Merah” yang artinya jangan sekali-kali melupakan sejarah, intinya adalah bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan.
Kota Baubau menjadi kota otonom berdasarkan undang-undang No. 13 Tahun 2001, sekaligus menandai berakhirnya status kota administratif yang pernah disandangnya, menempuh perjalanan waktu selama 19 tahun, sejak terbentuk tahun 1982, diresmikan oleh Mentri Dalam Negeri, saat itu dijabat oleh Jenderal TNI H. Amir Mahmud.
Perjuangan untuk menjadikan Baubau sebagai kota otonom tidaklah mudah, tidak seperti membalikan telapak tangan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perjuangan yang sungguh-sungguh dan tidak kenal menyerah dari putra-putra Buton. Diantaranya perjuangan di Buton saat itu di handel oleh Kolonel CZI H. Saidoe ( Bupati Buton Periode 1991-2001 ), di Kendari, MZ. Amirul Tamim saat itu sebagai kepala biro pemerintahan kantor Gubernur Sultra. Perjuangan di Jakarta dalam hal ini di DPR RI di koordinasikan oleh Drs. H. Laode Djeni Hasmar M. Si, saat itu sebagai anggota komisi II DPR RI bidang pemekaran.
Dengan menyandang predikat kota otonom maka memiliki APBD tersendiri, lepas dari induknya yaitu Kabupaten Buton, dengan komponennya antara lain DAU, DAK, PAD dan sumber-sumber pendapatan lainnya, memungkinkan Pemerintah Kota dapat merencanakan guna mengurus rumah tangganya sendiri.
Dalam rentang waktu 12 tahun ini ( sejak tahun 2001) terjadi lompatan dan kemajuan spektakuler yang ditorehkan oleh Kota Baubau, walaupun Kota Baubau tergolong kota kecil dalam dimensi kota-kota di Indonesia, akan tetapi telah menunjukan taringnya dalam geliat pembangunan guna mensejahterakan masyarakatnya. Sarana dan prasarana wilayah juga ruang publik dibangun, Pantai Kamali hingga ke Pantai Wameo disulap menjadi daratan yang memungkinkan masyarakat dapat melaksanakan berbagai aktifitas. Bandar Udara Botoambari diaktifkan, dermaga, pelabuhan laut semakin sibuk dan ramai. Kali Baubau selama ini terkesan jorok di tata, sekaligus rumah-rumah penduduk dialihkan menghadap Kali sehingga pembuangan sampah dapat dikendalikan.
Terminal dan pengisian BBM bertaraf Indonesia Timur berdiri dengan megah dibagian selatan Kota Baubau, menyapa setiap orang yang datang baik menggunakan jasa angkutan udara, angkutan laut, ataupun angkutan darat. Rumah Sakit, Kantor Walikota di Paligamata dengan View yang mempesona merupakan pusat pengendalian pemerintahan, berdiri dengan anggun di design berdasarkan pertimbangan mikro cosmos, makro cosmos, sufisme dan religius. Revitalisasi Benteng Keraton Buton yang diklaim sebagai benteng terluas didunia semakin menunjukan sekaligus menandai romantisme historikal dimasa lalu, buku-buku sejarah, adat dan budaya ramai ditulis oleh para pakar dibidangnya, saat ini menghiasi berbagai perpustakan didalam dan diluar daerah serta lain-lain kemajuan yang diraih Kota Baubau.
Tantangan Kedepan
Masyarakat yang mendiami Kota Baubau sangat mengharapkan agar kondisi di masa depan hendaklah lebih baik dari kondisi hari ini, karena manakala sama berarti mengalami “Stagnan” dalam bahasa lain disebut dengan "Lumpuh".
Kota Baubau dari sudut pandang geopolitis dan geostrategis, memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif, akan tetapi, juga masih menyisahkan beberapa masalah, hambatan dan kendala seperti Pertama, keterbatasan SDM, SDA dan SDU (sumber daya uang). Kedua, belum meratanya sentuhan pembangunan diberbagai sudut kota. Ketiga, potensi alam yang relatif tandus dan tekstur tanah berbatu-batu pada hampir sebagian wilayah. Keempat, permasalahan aset dan batas wilayah dengan Kabupaten Buton yang rentang mengundang konflik horizontal. Kelima, kondisi tranportasi yang belum tertata rapih. Keenam, kerawanan dan keresahan sosial seperti perkelahian, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan masih sering terjadi. Dan Ketujuh lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat masih relatih rendah.
Disamping itu diperlukan penataan / perencanaan kota yang mantap, bisa menjagkau 50 tahun kedepan, penataan pusat aktifitas masyarakat seperti pasar sehingga tidak menimbulkan kekumuhan dan konflik dimasa datang, penataan kebersihan lingkungan serta terpeliharanya / terbangunnya aksesoris perkotaan. Kemudian, yang tidak kalah pentingnya adalah dalam melakukan reformasi dan reposisi birokrasi tidak saja mengarah kepada sistem meriktokrasi yaitu
“The Right Man In The Right Place” Atau “The Right Man In The Right Job”, akan tetapi lebih di kedepankan “The Right Man In The Right Contributions”.
Terakhir, bahwa perkawinan politik “Tampil Mesra” seyogianya akan “Mesra” terus paling tidak sampai 5 tahun mendatang, jangan sampai terjadi pecah kongsi ditengah jalan, berujung talak cerai yang dimurkai oleh Allah dan masyarakat, begitu juga “Kemesraan” harus di pererat dengan Kabupaten Buton, Kabupaten sekitar demikian juga dengan Provinsi Sulawesi Tenggara. (Penulis: Pemerhati Masalah Sosial Politik/Alumni Program Pasca Sarjana Unidayan Baubau)
Dibaca 404 kali
KOMENTAR BERITA