Opini
11 Februari 2012
Ongkos Mahal dari Kesalahan
Oleh : Syah Ahmad Yusuf*
 
Pernahkah anda berharap barang yang anda miliki tidak akan pernah rusak? Katakanlah kendaraan yang anda miliki, terhitung sudah berapa kalikah rusak dan merepotkan anda? Coba ingat – ingat, apa pernah ketika sedang dibutuhkan kendaraan anda tiba – tiba mogok?

Kendaraan yang rusak atau barang yang berfungsi tidak semestinya adalah hal – hal yang kita jumpai sehari – hari. Hal seperti ini sangat kita tidak inginkan tetapi tetap saja sulit dihindari. Selain direpotkan, biaya yang dibayar, waktu yang dihabiskan, energi yang dikeluarkan, pikiran yang dicurahkan diperlukan
untuk memperbaiki atau mengembalikan barang itu agar berfungsi sebagaimana mestinya.

Hal inilah yang mendasari mengapa dalam ilmu ekonomi dikenal konsep life cycle cost (biaya daur hidup) terhadap perolehan suatu barang. Dalam konsep ini, biaya perolehan suatu barang tidak hanya dilihat dari harga ketika barang tersebut diperoleh namun juga biaya – biaya yang timbul, misalnya biaya perbaikan ketika rusak, selama barang tersebut dipakai.

Dengan kata lain, jika ingin mengikuti pemikiran seperti ini, ketika mempertimbangkan untuk membeli suatu barang maka harga beli bukan menjadi satu – satunya faktor yang menjadi penentu barang yang akan dibeli. Biaya – biaya yang berkenaan sesudahnya juga menjadi faktor yang tidak kalah penting.

Mari kita coba rekonstruksi proses pilihan anda ketika membeli kamera digital misalnya untuk mengilustrasikannya. Pilihan pertama sebuah kamera merek Canon yang berharga mahal, sedangkan pilihan keduanya sebuah merek yang baru pertama kali ini anda dengar dengan harga hampir separuh harga merek pertama. Kita pasti mulai berpikir dengan kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi jika menggunakan kedua kamera, seberapa sering rusak, seberapa parah kerusakannya, berapa harga jual jika ingin dijual kembali. Dari identifikasi kemungkinan – kemungkinan ini anda mulai mengkira – kira berapa total biaya yang anda keluarkan jika membeli kedua merek kamera tersebut. Dari hitung – hitungan tersebut kemudian anda menentukan pilihan.

Dari pemahaman tersebut kita jadi berpikir, bagaimana seandainya barang yang kita miliki tidak pernah rusak. Alangkah eloknya jika harga yang kita bayar pertama kali untuk menebus suatu barang merupakan biaya seluruhnya yang kita keluarkan selama menikmati barang tersebut.

Pemikiran ini bukannya tidak dipikirkan oleh para produsen barang – barang konsumsi. Perusahaan Jepang mampu mengalahkan pesaingnya dari Amerika karena hal ini. Produk otomotif dan elektronik Jepang dikenal karena kualitas dan keandalannya selama beberapa dekade. Standar kualitas produk – produk otomotif dan elektronik Jepang telah mendefinisikan ulang standar yang ditetapkan bagi kedua jenis produk tersebut. Hasilnya saat ini banyak perusahaan mengikuti patokan (benchmark) proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan Jepang seperti Toyota dan Sony. Bahkan bukan hal aneh lagi jika anda berkesempatan jalan – jalan di perusahaan Indonesia saat ini anda mendapati banyak tulisan do it right at the first time (lakukan dengan benar sejak pertama kali) di lorong - lorong atau area produksinya sebagaimana yang lazim ada pada perusahaan – perusahaan Jepang.

Ujung dari andaian ini adalah obsesi kesempurnaan produk hingga kata zero defect (barang cacat nihil) menjadi kata umum yang mengisi udara ruang rapat direksi perusahaan manufaktur manapun di dunia.

Tetapi saya kira andaian ini relevan untuk kita minimal renungkan saat ini. Memang hampir tidak mungkin untuk mencapai kesempurnaan. Namun mendekatinyapun sudah akan memberikan dampak yang luar biasa bagi kehidupan kita.

Lihat saja berapa besar pekerjaan dan waktu yang kita habiskan saat ini untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak dibereskan sejak pertama kali dikerjakan.

Memang hingga saat ini tidak terdapat data yang akurat berapa besar biaya, usaha dan waktu yang mesti dikeluarkan lagi untuk pekerjaan seperti ini. Tetapi jika anda ingin melihat pekerjaan seperti ini coba tengok jembatan di Kutai Kartanegara yang rubuh dan meminta korban jiwa sebelum umur ekonomisnya
berakhir. Atau lihat akibat dari sebuah SK yang konon tidak seharusnya dikeluarkan di Bima NTB. Atau pandang contoh kecil pada anak sekolah yang tidak naik kelas.

Akibat dari pekerjaan atau tugas yang tidak dikerjakan dengan benar sejak awal ini maka pemerintah harus menyisihkan anggaran lagi untuk membangun jembatan atau bangunan baru, memberikan santunan kepada para korban, larut dalam proses hukum yang panjang, menyediakan tambahan satu kursi dan sumberdaya lain bagi siswa yang tidak naik kelas dan seterusnya. Ini hanyalah sebagian dari pekerjaan atau alokasi yang mestinya dapat dialihkan kepada hal lain yang lebih penting.

Mengerjakan dengan benar sejak awal laiknya kita maknai sebagai efektifitas kerja. Kerja dengan efektif tidak harus berarti bekerja keras namun lebih sesuai sebagai bekerja dengan cerdas.

Sekali lagi cobalah tengok bagaimana umumnya perusahaan Jepang bekerja. Mereka rela mengorbankan waktu yang panjang untuk menyiapkan atau merencanakan pekerjaan sebelum dilaksanakan. Waktunya sedemikian panjang sehingga orang luar yang mengamati dapat menjadi frustasi. Bagi pengamat yang tidak terlatih dapat menganggapnya sebagai pemborosan waktu.

Tetapi persiapan yang matang bagi perusahaan Jepang merupakan cara agar pekerjaan menjadi tidak salah ketika dikerjakan. Hal lain yang menjadi nilai tambah bagi mereka adalah bagaimana mereka mengeksekusi rencana yang telah dibuat tersebut. Sedemikian cepat gerak pelaksanaanya hingga tidak memungkinkan para pesaing untuk mengikutinya. Dua keunggulan ini sampai sekarang tetap menjadikan banyak perusahaan Jepang terutama yang bergerak di bidang manufaktur tetap memimpin di kelasnya masing – masing.

Mungkin sudah saatnya bangsa kita bercermin pada Toyota untuk bekerja dengan benar sejak awal agar terhindar dari ongkos mahal yang tidak perlu di kemudian hari.

* Penulis tinggal di Baubau, senang mengamati praktek manajemen.
 
Share |
 
Dibaca 107 kali
 
KOMENTAR BERITA
     
Nama :
Email :
komentar :
Kode Verifikas :
   
   

 

 
 
 
                                                                                                         PLTU Dianggap Merusak Rumput Laut Petani     Kapten Kapal Mengaku Tak Pernah Dapat Informasi Cuaca     Masalah Sampah Wameo Dibutuhkan Kesadaran Masyarakat     Demo di Mess Wakatobi Ricuh     Jelang Puasa, THM Akan Ditertibkan      Polling SMS Bakal Calon Walikota Baubau - 01. Wa Ode Maasra Manarfa, S.Sos, M.Si (6,89 %) - 02. LM Manaf Siruhu (8,15 %) - 03. Erick Octora Hibali, S.Sos, M.Si (1,26 %) - 04. Sairu Eba, SE (23,51 %) - 05. Amril Tamim, M.Si (0,50 %) - 06. Amiruddin, S.Sos, M.Si (11,96 %) - 07. H. Ibrahim Marsela, MM. M.Si (0,14 %) - 08. Ld Ahmad Monianse (0,24 %) - 09. Drs. H. Umar Abibu. M.Si (0,44 %) - 10. A.S Thamrin (20.83 %) - 11. Rusli, ST (10.33 %) - 12. H. La Ode Hamuri (0,24 %) - 13. Prof. Ir. H. La Sara. MS Phd (0.20 %) - 14. H. Kamil Adi Karim (0,14 %) - 15. La Ode Mustari (7,32 %) - 16. H. Suhufan, S.Ag (0,80 %) - 17. Dr. Ansir (0,17 %) - 18. La Ode Hadia (0,63 %) - 19. H La Masikamba SH MM (6,13 %) - 20. Aris Marwan Saputra. SH (0,27 %). Kirim Terus Dukungan Anda, Ketik : PILWALI (Spasi) No Urut Balon Walikota Kirim ke 9168, Contoh : PILWALI 01 (Berlaku Untuk Operator Telkomsel dan Indosat). Khusus Pengguna XL Ketik Walikota (Spasi) No Urut Balon Walikota Kirim ke 9168. Babaupos, Kritis, Lugas, Independen, Orang Cerdas Baca Baubau Pos. Untuk Berlangganan Hubungi Hp : 0852 539 90038, (Harga Bulanan Rp40.000,-/Eks - Harga Eceran Rp3.500,-/Eks)