Opini
23 Agustus 2011
Mengenang 4 Tahun Tragedi Kapal Acita 04 di Wakatobi
Asrif *)
 
Beberapa waktu lalu, salah satu televisi nasional (tvone) menayangkan acara yang terkait keselamatan transportasi laut. Acara itu digelar terkait dengan cuaca buruk di laut, apalagi menjelang hari Raya Idul Fitri.

Acara yang ditayangkan televisi tersebut kembali memantik ingatan mengenai tragedi kecelakaan laut yang menewaskan 35 penumpang yang 3 di antaranya belum ditemukan hingga saat ini. Selain kapal Acita 04, baru-baru ini, masyarakat Sulawesi Tenggara dibuat khawatir oleh hilangnya kapal Sudarlia yang kemudian ditemukan setelah tujuh hari masa pencairan. Tiga dari penumpang kapal Sudarlia tersebut berasal dari negara asing yang mana kajian tersebut dapat berdampak buruk bagi pencitraan daerah di mata masyarakat internasional.

Tragedi yang menimpa kapal Acita 04 (berangkat dari Tomia menuju Kota Baubau), empat tahun silam dan kapal Sudarlia (berangkat dari Kota Baubau menuju Kaledupa), tentu tidak pernah kita harapkan. Akan tetapi jika masyarakat, pemilik kapal, dan petugas negara yang diberi kewenangan mengurusi keselamatan masyarakat di laut, tidak melakukan langkah antisipasi, maka kejadian yang sama berpotensi dapat terjadi lagi.

Mengantisipasi bencana yang terjadi di laut, pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan pemerintah kabupaten bersama masyarakat dan pemilik kapal melakukan pencegahan dini terhadap keselamatan masyarakat di laut. Apalagi, beberapa bulan ke depan, masyarakat akan melakukan mudik dalam rangka merayakan hari raya Idul Fitri. Pencegahan terjadinya keselamatan di laut misalnya dengan memberikan informasi mengenai cuaca laut, pemeriksaan kelayakan kapal sebelum meninggalkan dermaga, dan simulasi antisipasi kecelakaan laut kepada para penumpang kapal.

Tragedi kapal Acita 04, empat tahun silam dan tragedi kapal Sudarlia, beberapa waktu lalu telah memberi pelajaran kepada pemerintah dan masyarakat agar lebih waspada dalam menghadapi cuaca laut yang saat ini dengan tidak bersahabat. Tragedi pada kedua kapal tersebut kiranya menjadi tragedi terakhir dalam transportasi laut Sulawesi Tenggara.


** Peneliti di Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara
 
Share |
 
Dibaca 51 kali
 
KOMENTAR BERITA
     
Nama :
Email :
komentar :
   

 

 
 
 
    PNS Mangkir Bakal Kena Sanksi     BB kayu Hitam Hilang, Kinerja Dishut Butur Dipertanyakan     Alumni SMA Negeri 1 Baubau Angkatan 1995 Harus Solid     Memilih Walikota = Memilih Jodoh     Petugas Pol PP Muna Kecolongan     DPRD Muna Pertanyakan Pembayaran Bonus Atlit dan Pelatih     Wakatobi Dive Resort Pecat Karyawan     Adik Konseptor Pantai Kamali Siap Bertarung di Pilwali Baubau     Ali Mazi Kembali Siap Bertarung Jadi Gubernur Sultra     Ketidakfasihan Dr Ansir Ramai Didiskuskikan di Facebook     Camat Tomia Persatukan Tiga Desa di Shalat Idul Fitri     Buku-Buku di Perpusda Wakatobi Tonjolkan Pribadi Penulis     RSUD Siapkan Dokter Spesialis Antar Waktu     Ziarah Kubur Agenda Utama     Tim Sar Siaga di Pantai Nirwana